Tugas 2 mingguan Filsafat Ilmu Hari Kamis kelas D
NAMA : ROILA PUTRI BANCIN
NIM :
170903138
Matk :
Filsafat Ilmu Dan Etika
Tugas : Tugas 2 Mingguan Filsafat
Ilmu Hari Kamis
Kelas : D
ILMU BEBAS NILAI DAN TIDAK
BEBAS NILAI
Rasionalisasi limu pengetahuan terjadi sejak Rene Descartes
dengan sikap skeptic-metodisnya meragukan segala sesuatu, kecuali dirinya yang
sedang ragu-ragu (cogito ergo sum). Sikap ini berlanjut pada Auf Klarung, suatu
era yang merupakan suatu usaha manusia untuk mencapai rasional tentang dirinya
dan alam.
Dalam pembahasan tentang lmu seringkali kita dihadapkan
dengan paradigma bebas nilai dalam ilmu. Dalam bahasa Inggris paradigma bebas
nilai disebut dengan value free, mengatakan bahwa ilmu dan juga tekhnologi
bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak memiliki keterkaitan sama sekali
denga nilai. Pembatasan-pembatasan etis hanya akan menghalangi eksplorasi
pengembangan ilmu. Bebas nilai berarti semua kegiatan yang terkait dengan
penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu
dikatakan bernilai karena menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya
kebenarannya, yang obyektif, yang terkaji secara kritik.
Ilmu terbagi menjadi dua pandangan yaitu ilmu bebas nilai
(value free) dan ilmu terikat nilai/ ilmu tak bebas nilai (value bound).
1.
Ilmu
Bebas Nilai
Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut
dengan value free, yang menyatakan bahwa ilmu dan
teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak memiliki keterkaitan
sama seklai dengan nilai. Bebas nilai berarti semua kegiatan terkait dengan
penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu
menolak campur tangan faktro eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu
itu sendiri.
Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3
faktor sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:
a. Ilmu harus bebas dari
pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah bahwa ilmu harus bebas dari
pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural, dan social.
b. Diperlukan adanya kebebasan
usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin. Kebebasan di sisni menyangkut kemungkinan
yang tersedia dan penentuan diri.
c. Penelitian ilmiah
tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat kemajuan
ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal
Dalam Pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa
batas dapat dibenarkan, karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri,
yang terkadang hal tersebut dapat merugikan lingkungan.
Contoh untuk hal ini
adalah teknologi air, yang ternyata berpengaruh
pada pemanasan global dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan
alat pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi itu dengan tanpa
memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan sekitar. Setidaknya, ada
problem nilai ekologis dalam ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai menganggap
nilai ekologis tersebut menghambat perkembangan ilmu. Dalam ilmu bebas nilai
tujuan dari ilimu itu untuk ilmu.
2.
Ilmu Tidak Bebas
Nilai
Ilmu
yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu itu selalu
terikat dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek
nilai. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai ekonomis, sosial,
religius, dan nilai-nilai yang lainnya.
Menurut
salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen
Habermas berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas nilai,
karena setiap ilmu selau ada kepentingan-kepentingan. Dia juga membedakan ilmu
menjadi 3 macam, sesuai kepentingan-kepentingan masing-masing;
a.
Pengetahuan yang
pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris-analitis. Ilmu ini
menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris dan menyajikan hasil penyelidikan
untuk kepentingan-kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-teori
yang ilmiah agar dapat diturunkan pengetahuan-pengetahuan terapan yang bersifat
teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia
untuk mengelola dunia atau alamnya.
b.
Pengetahuan yang
kedua, berlawanan dengan pengetahuan yang pertama, karena tidak menyelidiki
sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai
sesamanya, memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang dibicarakan
adalah hubungan sosial atau interaksi, sedangkan kepentingan yang dikejar oleh
pengetahuan ini adalah pemahaman makna.
c.
Pengetahuan yang
ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan dan mendewasakan manusia pada
otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat dipentingkan disini. Aspek sosial yang
mendasarinya adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah
pembebasan atau emansipasi manusia.
Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu
selalu terkait dengan nilai dan harus di kembangkan dengan
mempertimbangkan nilai. Ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari
nilai-nilai kepentingan-kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan,
lingkungan dan sebagainya.
Contohnya: jika seorang ahli dibidang sosial mengatakan bahwa
manusia itu adalah mahluk sosial, maka hanya sebatas itu kajiannya tidak
menyebar ke kajian yang lain.
Menurut pandangan ilmu terikat nilai/tidak bebas nilai, ilmu
itu selalu terkait dengan nilai-nilai. Perkembangan ilmu selalu memperhatikan
aspek nilai yang berlaku. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari
nilai-nilai ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.
Komentar
Posting Komentar